Senin, 06 Desember 2010

Penyesalan memberikan pencerahan.....



Aku tuliskan surat ini atas nama rindu yang besarnya hanya Allah yang tahu. Sebelum kulanjutkan, bacalah surat ini sebagai surat seorang ayah kepada anaknya yang sesungguhnya bukan miliknya, melainkan milik Tuhannya.

Nak, menjadi ayah itu indah dan mulia. Besar kecemasanku menanti kelahiranmu dulu belum hilang hingga saat ini. Kecemasan yang indah karena ia didasari sebuah cinta. Sebuah cinta yang telah terasakan bahkan ketika yang dicintai belum sekalipun kutemui.


Nak, menjadi ayah itu mulia. Bacalah sejarah Nabi-Nabi dan Rasul dan temukanlah betapa nasehat yang terbaik itu dicatat dari dialog seorang ayah dengan anak-anaknya.

Meskipun demikian, ketahuilah Nak, menjadi ayah itu berat dan sulit. Tapi kuakui, betapa sepanjang masa kehadiranmu di sisiku, aku seperti menemui keberadaanku, makna keberadaanmu, dan makna tugas kebapakanku terhadapmu. Sepanjang masa keberadaanmu adalah salah satu masa terindah dan paling aku banggakan di depan siapapun. Bahkan dihadapan Tuhan, ketika aku duduk berduaan berhadapan dengan Nya, hingga saat usia senja ini.

Nak, saat pertama engkau hadir, kucium dan kupeluk engkau sebagai buah cintaku dan ibumu. Sebagai bukti, bahwa aku dan ibumu tak lagi terpisahkan oleh apapun jua. Tapi seiring waktu, ketika engkau suatu kali telah mampu berkata: "TIDAK", timbul kesadaranku siapa engkau sesungguhnya. Engkau bukan milikku, atau milik ibumu Nak. Engkau lahir bukan karena cintaku dan cinta ibumu. Engkau adalah milik Tuhan. Tak ada hakku menuntut pengabdian darimu. Karena pengabdianmu semata-mata seharusnya hanya untuk Tuhan.








 

Nak, sedih, pedih dan terhempaskan rasanya menyadari siapa sebenarnya aku dan siapa engkau. Dan dalam waktu panjang di malam-malam sepi,kusesali kesalahanku itu sepenuh-penuh air mata dihadapan Tuhan. 
Nak, banyak kesalahan yang telah ayah lakukan, tapi semua itu untuk kebaikanmu kelak. banyak hal yang semestinya tidak ayah lakukan tapi banyak hal pula yang menimbulkan hal itu terjadi hanya selama ini ayah bingung kenapa bisa terjadi. Tapi ayah masih tetap berharap semoga penyesalan ini dapat memberikan pencerahan buat ayah tuk melangkah menuju ayah yang menjadi harapan buat mu anakku.

 


Dalam menangkal penyesalan menjadi sebuah pencerahan, ayah mencoba tuk mendalami hal berikut......
Ada dua kata yang membedakan orang yang akan mencapai sukses dan orang yang mencapai gagal! Namun dalam implemenatasinya ternyata dua kata itu memiliki teman yang banyak!
Ketika kita mencoba mempengaruhi, mendorong, menstimulasi, sering terucap “Belief me”, kamu pasti bisa, “self confidence aja”yakinlah pada diri sendiri aja, kamu memiliki kemampuan untuk melakukan itu! Namun, tidak jarang orang yang memperoleh kedua perkataan/klausa/kalimat itu tidak mampu melangkah maju, ia berada dalam kebingungan/kekacauan (confuse), tak mampu berpikir secara jelas (unable to think clearly), atau ragu (doubt) karena belum memilih… Tapi ragu inilah menyebabkan ia tidak melangkah!
Seberapa besar orang mendorong, memotivasi, bahkan mengkondisikan ke situasi sukses, namun sering kita sendiri yang mendeletenya, mengabaikannya, bahkan menghentikannya… karena kita berada pada posisi “Ragu”. Apakah kita akan melangkah atau kita membelok ke kiri/kanan, atau justru putar badan dan berlari menjauh! Semua adalah kita!
Doubt ragu adalah ciri khas seorang ilmuwan untuk senantiasa mencari jawaban atas kebingungannya, namun ia tidak bergerak ke arah bingung atau kacau (confuse). Ilmuwan akan segera memikirkan berbagai langkah, pendekatan, strategi, metode, dan teknik apa yang akan dilakukan. Persoalannya, kita kadang gagal juga menentukan akan melangkah atau pulang!
Ilmuwan itu berani melangkah karena ia “yakin” setiap keputusan mengandung dua kemungkinan “Berhasil” dan “gagal”, sementara bila tidak memutuskan, ia tidak memiliki peluang! Konsekuensi gagal dan berhasil sebenarnya nyata dapat dilihat, yaitu: 50% berhasil dan 50% gagal! Ilmuwan itu tidak takut gagal, karena ia menganggap lebih baik gagal tetapi memiliki jawaban dibanding tidak memiliki pilihan dan tidak segera mengetahui gagal-atau berhasil!



Membuat keputusan semudah mengancingkan baju, melempar kerikil di tengah kolam, atau bahkan memasukkan satu sendok nasi ke dalam mulut kita yang sedang menganga! Tidak perlu pemikiran yang bermacam-macam, namun bila dalam pikiran kita isikan, bahwa dalam makanan ada racun, memasukkan kancing baju menjadi kita tidak macho, atau melempar kerikil takut terkena kepala ikan yang sedang berenang… (lucu ya!), tentu kita tidak pernah berbuat dan kita tidak pernah memperoleh hasil!
Ragu, tidak selamanya buruk! Karena ragu bisa muncul dari kehati-hatian, namun kehati-hatian tentu dilanjut dengan langkah memeriksa, berupaya memastikan, tetapi jika ragu menyebabkan kita tidak berbuat apa-apa, ia bukan ragu lagi… Keraguan akan menghilang manakala kita memperoleh kejelasan, jadi menghilangkan keraguan dapat dilakukan dengan mencari kejelasan…tapi kalau tidak mau mencari kejelasan dan tidak tahu caranya mencari kejelasan…. Mungkinkah kita sudah masuk dalam area “kacau”!

Si Kevin Kecil (film Home Alone I), menasihati kakek sang Monster yang ditakuti anak-anak sekampung untuk berani mencoba menemui anaknya yang meninggalkannya tatkala dimarahi! Semuala kakek ragu menemui anak yang sudah memberikan cucu, ia ragu karena takut ditolak! Kevin menasihati “Sudah pernah dicoba belum?”…. Ketika kakek itu mencoba, ternyata ia berhasil dan menemui kebahagiaan kembali bersama anak yang pernah meninggalkannya dan kini malah menambahinya dengan cucu… Kakek itu mencapai apa yang diinginkan, karena membuang keraguannya… ia membuat keputusan untuk siap gagal!
Jadi untuk menjadi yakin… ragu itu harus dikurangi dengan kata mencoba…. Jangan takut gagal, karena ia akan memperjelas peluang… untuk memperjelas peluang… siap saja gagal, maka ia akan berhasil…. (memperoleh jawaban dan siapa tahu berhasil memperoleh jawaban dan jawaban yang diperoleh adalah “Sukses”).


Sejak saat itu Nak, satu-satunya usahaku adalah mendekatkanmu kepada pemilikmu yang sebenarnya. Membuatmu senantiasa berusaha memenuhi keinginan pemilikmu. Melakukan segala sesuatu karena Nya, bukan karena kau dan ibumu. Tugasku bukan membuatmu dikagumi orang lain, tapi agar engkau dikagumi dan dicintai Tuhan.
  
Inilah usaha terberatku Nak, karena artinya aku harus lebih dulu memberi contoh kepadamu dekat dengan Tuhan. Keinginanku harus lebih dulu sesuai dengan keinginan Tuhan. Agar perjalananmu mendekati Nya tak lagi terlalu sulit. Kemudian, kitapun memulai perjalanan itu bersama, tak pernah engkau kuhindarkan dari kerikil tajam dan lumpur hitam. Aku cuma menggenggam jemarimu dan merapatkan jiwa kita satu sama lain. Agar dapat kau rasakan perjalanan rohaniah yang sebenarnya. Saat engkau mengeluh letih berjalan, kukuatkan engkau karena kita memang tak boleh berhenti. Perjalanan mengenal Tuhan tak kenal letih dan berhenti.

Nak. Berhenti berarti mati, inilah kata-kataku tiap kali menatap dan menghapus air mataku, ketika aku hampir putus asa untuk menjadi ayah yang baik buat mu.

Akhirnya Nak, kalau nanti, ketika semua manusia dikumpulkan di hadapan Tuhan, dan kudapati jarakku amat jauh dari Nya, aku akan ikhlas. Karena seperti itulah aku di dunia. Tapi, kalau boleh aku berharap, aku ingin saat itu aku melihatmu dekat dengan Tuhan. Aku akan bangga Nak, karena itulah bukti bahwa semua titipan bisa kita kembalikan kepada pemiliknya. Dari ayah yang senantiasa merindukanmu.



 
 
Entah mengapa air mata menetes ketika tulisan ini ku tulis dan ku mau kau pun merasakan apa yang aku rasakan. anakku..... cintailah ayahmu selagi masih disampingmu...



Sayang ayah sungguh…




Tidak ada komentar:

Posting Komentar